Foto Profil

Foto Profil
Senyum itu indah, maka tersenyumlah

Kamis, 18 Februari 2010

OPINI

Selasa, 16 Februari 2010 (Pontianak Post)
Nasional Demokrat, Akankah Jadi Pahlawan?
Oleh : Khoirul Umam

Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari Senin (1/2), belasan ribu orang memadati Istora Senayan Jakarta. Kali ini bukan untuk melihat pertandingan olahraga, tapi untuk menyaksikan deklarasi sebuah Organisasi Kemasyarakatan (ormas). Nasional Demokrat (Nasdem) nama ormas tersebut. Sekitar 45 tokoh nasional dari berbagai latar belakang profesi menghadiri sekaligus mendeklarasikan Nasdem. Diantaranya Anies Baswedan, Khofifah Indar Parawansa, Syafii Maarif, dan termasuk putra daerah Kalimantan Barat, Zulfadli. Tokoh penting dari berdirinya ormas Nasdem adalah Surya Paloh dan Sultan HB X, karena merekalah yang berperan sebagai inisiator.

Sebagai ormas baru, berdirinya Nadem bisa dikatakan sebagai wujud kekecewaan dari beberapa golongan atas kinerja pemerintahan saat ini. Apalagi lahirnya Nasdem muncul ditengah carut marutnya masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, seperti kasus skandal Bank Century yang telah merugikan Negara sebesar 6,7 Trilyun, mafia peradilan yang banyak mengiris hati rakyat kecil, dan banyak masalah lainnya. Partai politik pun integritasnya menurun dimata rakyat, karena hingga kini Parpol hanya dijadikan sebagai kendaraan politik untuk merebut kekuasaan, dan belum bisa memecahkan masalah yang sedang dihadapi rakyat, seperti kemiskinan, kesehatan, dan pengangguran. Meskipun nama-nama partai yang ada di Indonesia sangat bagus. Ada yang mengatasnamakan Perjuangan, Kesejahteraan, Persatuan, Keadilan, Demokrasi, Kebangkitan, dan lain sebagainya. Tapi kenyataannya Indonesia belum bisa berubah kearah yang lebih baik di tangan Parpol.
Surya Paloh, salah satu inisiator Nasdem mengatakan saat ini Parpol hanya bisa meningkatkan kesenjangan sosial diantara kalangan masyarakat. Gedung DPR juga masih lebih besar teorinya, daripada praktek. Padahal rakyat hanya berharap tindakan nyata dari para wakil rakyatnya, tidak hanya bicara keras didepan televisi. Bahkan akhir-akhir ini, DPR mampu menghibur rakyat dengan aksi politiknya. Satu masalah bisa diperdebatkan hingga berminggu-minggu, itupun belum tentu selesai akar permasalahannya. Sungguh ironis, jika DPR-meminjam opini alm. Gusdur - benar-benar seperti sekumpulan murid taman kanak-kanak (TK). Sebagai rakyat saja malu memiliki wakil rakyat yang tidak jelas.
Nama baru, wajah lama
Nasional Demokrat memang sebuah ormas dengan nama yang baru, terlepas dari ingatan kita kepada nama salah satu parpol besar saat ini. Warna logo yang dibubuhi oleh biru dan kuning juga masih menyimpan pertanyaan. Apakah benar-benar idealisme dari sang inisiator atau sekedar ikut-ikutan dengan tujuan menebeng warna dua partai besar saat ini? Dengan melihat kinerjanya kelak baru bisa menjawab.
Terlepas dari nama dan warna, jika melihat barisan orang yang ada dibelakang, konfigurasi Nasdem sebenarnya masih diisi oleh beberapa orang lama yang sudah banyak makan asam garam di dunia politik. Sebut saja Surya Paloh dan Sultan HB X. Selain itu juga, ada Khofifah Indar Parawansa. Mereka pernah mengenyam pengalaman dan besar atas nama partai politik.
Sebagai inisiator, Surya Paloh sepertinya masih bergairah untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mendukung kemajuan bangsa. Meskipun ia tersingkir dari partai Golkar pasca kekalahannya dari Abu Rizal Bakrie sebagai ketua umum. Namun kali ini bukan lewat parpol, tapi ormas. Kita semua tidak tahu, apakan Nasdem ini sebagai embrio untuk dijadikan sebuah parpol atau tidak. Semoga saja tetap menjadi ormas, karena jika menjadi parpol, nilai independentnya akan hilang. Untuk itu, meskipun ada wajah-wajah lama yang mengisi Nasdem, tidak sepantasnya Nasdem bergerak layaknya parpol, yang baru unjuk gigi saat mendekati pemilu. Semangat yang dibawa juga harus baru, visi-misi yang ditetapkan semestinya bukan sekedar catatan yang hanya dibacakan, lalu disimpan dan terlupakan. Hal ini perlu dilakukan agar Nasdem benar-benar menjadi ormas yang produktif bagi bangsa Indonesia.

Bisakah menjadi pahlawan?
Kemerdekaan Indonesia yang utuh! begitu Nasdem memiliki visi. Tidak mudah memang mewujudkan Indonesia merdeka seutuhnya. Merdeka atas kekayaan alam, merdeka atas pendidikan, kesehatan, dan berbagai masalah yang dihadapi rakyat Indonesia. Semua masalah tersebut sudah terlampau banyak dan besar. Sehingga butuh waktu lama dan ‘personil’ yang cerdas untuk menyelesaikannya.
Sejak Indonesia menjadi negara dengan sistem demokrasi, banyak partai-partai baru bermunculan. Semuanya hadir dengan membawa visi dan misi atas nama rakyat. Namun semua itu hanya sebagai topeng untuk menarik simpati rakyat. Suara rakyat pun dibeli dengan mudah demi kekuasaan. Kekuasaan tanpa tanggung jawab untuk memikul beban atas penderitaan rakyat. Buktinya, hingga kini semua parpol yang ada masih belum diakui oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai pahlawan terbaik dalam mengatasi masalah yang dihadapai bangsa Indonesia. Bahkan kehadirannya hanya menambah masalah dan melahirkan koruptor baru.
Namun sikap optimis dari para inisiator dan deklarator Nasdem patut diacungi jempol. Mereka (ormas Nasdem) yang mengatasnamakan ormasnya sebagai garis gerakan perubahan, akan merestorasi Indonesia, dengan tujuan dapat menjadikan Indonesia lebih baik kedepannya. Sesuai dengan harapan rakyat Indonesia.
Surya Paloh, dalam pidatonya saat itu juga mengatakan bahwa masa reformasi yang selama ini telah berjalan belum terbukti mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Bahkan cenderung membawa anak bangsa ke dalam kecurigaan satu sama lain, termasuk pada hukum dan proses demokrasi yang sedang berjalan karena salah memahami. Untuk itu, kehadiran Nasdem di tengah-tangah maraknya demonstrasi yang menyuarakan ketidakpuasan atas kinerja pemerintahan saat ini, bisa dijadikan harapan bagi rakyat. Pun dengan visi-misi yang telah ditetapkan, tentunya Nasdem bisa menjadikan Indonesia lebih baik dan dapat memberi jawaban dari permasalahan yang harus dibenahi, demi kemajuan bangsa kedepan. Semoga. **
* Penulis, Mahasiswa Unmuh Malang asal KKR, Aktivis pers koran kampus Bestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar